Senthir Wengi

maka dalang menancapkan suaranya
menjerat leherku dengan dingin malam
mengecupmu dengan sejumlah bahasa
dalam dua babak yang tak kau kenali

seperti sinden memecah bebatuan
hanya dengan lengking nyanyian
aku menyusur pematang tubuhmu
untuk tahu tempatmu sembunyikan
rahasia dalam ruas punggungmu

seluruh cahaya angslup ke matamu
dan aku adalah subuh yang jauh,
gelap yang tak lagi menggetarkan itu

dalam tidurmu aku jatuh berkali-kali
tapi dengan seluruh sisa kesadaranku
akan kupentaskan lakon lain esok

dengan keberanian yang lain
dengan perwatakan yang lain
yang tak tergesa jadi cerita


No comments:

Post a Comment