Di masa kanak-kanakku, aku
tinggal di kaki bukit.
Tinggal di kaki bukit membuatku
memuja puncaknya.
Aku dan kaki bukit selalu
mencatat waktu-waktu
kabut menggelayut atau
waktu-waktu matahari
akan surut, puncak bukit yang
ditingkahi gelap
adalah puncak rasa sakit yang tak
pernah lesap.
Setelah cukup dewasa, aku dan
puncak bukit
seringkali menerka-nerka isi
pikiran lembah.
Ia tak pernah tidur dan
senantiasa terjaga,
rahasia yang merahasiakan
perasaan sia-sia.
Ia senyap saja seperti sebuah
tanda baca
yang lupa disertakan dan susut
saat senja.
Ia diam meski kelemahan kami
dibacanya.
Lembah tak pernah tahu cara
mencintai bukit,
Ia hanya tahu harus jadi yang
paling lapang.
Selalu suka dengan bahasa mu mas ai :D
ReplyDelete