Lembah

Di masa kanak-kanakku, aku tinggal di kaki bukit.
Tinggal di kaki bukit membuatku memuja puncaknya.

Aku dan kaki bukit selalu mencatat waktu-waktu
kabut menggelayut atau waktu-waktu matahari
akan surut, puncak bukit yang ditingkahi gelap
adalah puncak rasa sakit yang tak pernah lesap.

Setelah cukup dewasa, aku dan puncak bukit
seringkali menerka-nerka isi pikiran lembah.
Ia tak pernah tidur dan senantiasa terjaga,
rahasia yang merahasiakan perasaan sia-sia.

Ia senyap saja seperti sebuah tanda baca
yang lupa disertakan dan susut saat senja.
Ia diam meski kelemahan kami dibacanya.

Lembah tak pernah tahu cara mencintai bukit,
Ia hanya tahu harus jadi yang paling lapang.

1 comment: