Ketika Kuputuskan Mendaki

Antara Selo hingga Boyolali,
kelokan-kelokam tajam itu
terus lekat mengawasi.

Cahaya mengusap keningku
dengan asing yang jauh
sejak jalan puisi kian gelap
dan setiap pendakian
menuntunku pada cinta
yang terlalu malu-malu.

Aku adalah lelehan senja
yang lumer bersama kopi
para pemetik cabai dan kol
di balik punggung Merbabu
sejak di jalan ingatanku
belukar tumbuh seluruh
menginjak kuntum bunga
tempat riwayatmu mekar.

Ketika kuputuskan mendaki,
semua jarum daun pinus
tumbuh menggantikan jariku
menunjuk-nunjuk mimpimu
dengan hijau masa lalunya.

2015

No comments:

Post a Comment