Teofila

1)
Sebelum malam susut dari kedua alismatamu, aku tetap niatkan menawan sejumlah peristiwa yang terus kau sangkal, sebab perjuangan harusnya menjadi sakral jika kau tak diajari berkhianat oleh remah-remah roti yang melemahkan keteguhan perutmu. Sebab janji adalah nats, maka dalam tubuhnya hidup anak domba terbaik yang serat dagingnya akan menjadi lembing paling tajam untuk merobek lambung langit. Berjagalah, kesedihan paling redup justru akan menjadi nyala di sekujur tubuhmu dan membakar orang sezamanmu dalam keadaan tangan yang terlipat.

2)
Sementara aku masih saja kebohongan yang menyamar di mulut para pemazmur, yang sibuk dengan perdebatan lezat mana mengecup bibir perempuan atau buah anggur. Sementara muslihat bersembunyi dalam sudut tergelap gusi, mengincar waktu yang tepat untuk menyantap daging persembahan terbaik dan menunggu waktu membusukannya. Kupastikan tak lama lagi kita akan digempur oleh kata yang berbuih dan membuat kita mabuk seperti pada pesta kepulangan anak bungsu, sementara kejujuran akan sesegera mungkin mengumpankan dirinya menjadi makanan ternak dan diratapi oleh anak sulung.

Solo, 2013

*) puisi ini dimuat di Suara Merdeka, edisi Minggu, 12 Januari 2014.

No comments:

Post a Comment