5 Rahasia Sederhana untuk Kecantikanmu

KUNYIT. Kau tak seharusnya mengeluh, sebab kecantikanmu bisa memilih takdirnya sendiri. Sekitar satu jam, kau menghadapi kebisuan cermin. "Ah, aku seperti petani jerawat." Aku hendak mengiyakan, tetapi naluriku menahan mulutku. Sebab jika kukatakan ya, selama sejam berikutnya, kita akan mendebatkan apa fungsi kurkumin, apakah hanya memberi efek kuning, atau memudarkan pening. "Ia seharusnya hanya lebur di gulai, tak mungkin aku memungutnya bagi wajahku", tambahmu. Padahal kau bisa memulaskannya pada garis-garis waktu yang melintang di kulit dan lehermu. Padahal aku pun lupa khusuk mana antara menyantapnya atau menatapmu.

LADA HITAM. Sebab hari terlanjur malam ketika kita memulai pembicaraan, tapi bukan berarti kecantikanmu tak bisa bertaruh peruntungan. Malam hanya bukan waktu yang tepat untuk naik pitam. Maka kuniatkan: "tumbuk saja ia yang legam, oleskan di wajahmu. Niscaya lembah di wajah sewarna daging apel yang dihasut udara itu tak lagi didera sindiran para remaja. Selama beberapa menit kau terdiam, bahasa seperti mengelupas, yang tersisa tinggal kepasrahan-kepasrahan yang belum disudahkan.

CENGKIH. "Kecantikan tak seharusnya menyiksa seperti ini!" Lalu kau mulai terisak dan merintih, sementara aku sibuk merumuskan cara agar kecemasan segera terlontar dari wajahmu yang seperti tak kuat menanggung pedih. Aku teringat riwayat penanaman awal tahun, yang membuat orang-orang dataran tinggi menjelijih. Derita juga mampu menghitamkan alis mata. Kau bisa bakar bunganya dan campurkan dengan kemiri, sapukan pada alis, sapakan pada mukhalis. Damai itu: malaikat yang bertamu ke matamu tiap subuh dan petang hari.

ADAS. Setelah berjam-jam sesudahnya, kau tersadar juga bahwa kecantikan adalah ilusi, sementara yang nyata adalah upaya-upaya mempertahankannya. Ketika mengucapkan itu pipimu tampak merona, seperti ada kelegaan baru yang mengintip dari balik kulit. Maka kuhadiahkan pada padang pipimu: beberapa biji adas, yang kurenggut dari dataran padas. Kulit wajahmu cukup hanya dibilas sebagai cara membalas kemampuan bertahanku dari sesak tak terganggungkan setelah mengetahui bahwa kerut-kerut wajah itu dipahat pria sebelum diriku.

JAHE. Hari mulai menjelang pagi. Benang-benang matahari mulai merambati jendela. Segelas teh terbayang ingin kuseduh, kau pun tak lagi tersedu karena bintik-bintik merah pengundang aduh. Aku teringat, rimpang ini, juga bisa mencerahkan kulit yang kerap mencurahkan tangis berjam-jam tanpa tahu kapan berhenti kapan harus berganti. Kita berpandangan, lalu tiba-tiba aku ingin membesuk diriku yang hampir kulupakan di dalam tubuhmu. Tiba-tiba aku seperti tak peduli wajah siapa yang berusaha mengekalkan kecantikan itu. "Kekasih, bagaimana pun wajah bopeng jauh lebih cantik ketimbang mulus topeng."

- Solo, 2013

4 comments:

  1. rahasia sederhana untuk kecantikannya -dan tulisan yang lain- bagus. suka. terus berkarya ya, sukses mas! :)

    ReplyDelete
  2. tulisanya bagus mas. tp kok aku gak mudeng ya ?

    ReplyDelete